dunia berisikan sampah
sampah sampah dari daging yang terombang ambing
berjalan menyusur gelap dan kehampaan
sampah busuk yang ber otak
aku,ya aku...
seorang sampah dari neraka
terjebak dalam halusinasi kesesatan
merangkak dan mengemis ampunan
aku,ya aku
seorang bajingan yang terbuang
seorang pria tanpa impian
hanya lamunan tentang kehidupan
lamunan seorang bajingan
aku,ya aku
sosok iblis dalam cahaya
terselimut senyuman terbungkus keharuan
tertutuo sampai membusuk
bau busuk seorang sampah murka
aku,ya aku
daging yang berjalan dalam lorong
merangkak dan tenggelam
menjadi sampah,menjadi busuk
dan menjadi iblis
Sabtu, 08 Juni 2013
Sabtu, 01 Juni 2013
terdiam
Ya tuhan,bagaimana dengan nasibku sekarang
aku gak mengerti apa yang harus aku pikirkan...
di saat uasiaku sudah semakin tua tpai aku gak bisa berbuat apa2
aku terlalu memandang remeh kehidupan,ku kira mudah menjalani hidup ini
seperti lagu-lagu yang bedering setiap hari..
ahh tapi jalan yang ku ambil bner-bener jalan yang menuju kegelapan.
aku harus mencari kerja saat ini,tapi kata hatiku slalu berkata tak sanggup menjalani
sampai saat ini aku masih mengacungkan tangan kpada orang tua,dengan sgala keterbatasan ini apa yang bisa aku lakukan??
keterampilan lulusan SMA?apa jalan apa tujuan apa masa depan apa yang dapat ku raih ya tuhan
aku tak punya bayangan kesuksesan...
aku gak mengerti apa yang harus aku pikirkan...
di saat uasiaku sudah semakin tua tpai aku gak bisa berbuat apa2
aku terlalu memandang remeh kehidupan,ku kira mudah menjalani hidup ini
seperti lagu-lagu yang bedering setiap hari..
ahh tapi jalan yang ku ambil bner-bener jalan yang menuju kegelapan.
aku harus mencari kerja saat ini,tapi kata hatiku slalu berkata tak sanggup menjalani
sampai saat ini aku masih mengacungkan tangan kpada orang tua,dengan sgala keterbatasan ini apa yang bisa aku lakukan??
keterampilan lulusan SMA?apa jalan apa tujuan apa masa depan apa yang dapat ku raih ya tuhan
aku tak punya bayangan kesuksesan...
Kamis, 07 Februari 2013
menghasilkan dollar gratis dr a.w.w Survey
cara kerjanya yaitu kita cuma menyurvei z web-web yang diberikan oleh
AW SURVEI trus kita diwajibkan mengisi komentar mengenai web yang telah
kita survei, komentar harus bahasa inggris dan komentarnya hanya 3 kata
saja (info dari web orang lain sich gitu gan. hehe) tapi ane udah
mencobanya dan berhasil. Mungkin ini berdasarkan pengalaman ane z waktu
menyurvei beberapa web yang diberikan oleh AW SURVEI. Surveinya juga gx
lama 1 menit jga jadi dan ternyata setelah survei tu web ane kasih z
komentar “Good Information Website, atau Good Website, atau Nice
Information”. Kemudian setelah itu ane submit review dan balance dari
akun AW SURVEI ane secara langsung bertambah $0.30. Terus apakah semua
hasil survei kita dihargai $0.30.’? Nah ntu ane kurang tau gan coz ane
juga baru kemarin tuh nyobainnya n balance ane sekarang $2.10. Sedikit
informasi gan kalau kita bisa mendapatkan uangnya setelah balance kita
sedikitnya $15, nah uangnya nanti dikirimkan ke PayPal, bagi agan” yang belum tau apa itu Paypal dapat di lihat Disini.|
cara mendapatkan uang lewat aw survey tak begitu susah
tapi sebelum daftar aw survey kamu harus punya akun paypal DAFTAR DISINI GRATIS
cara daftar paypal
1. klik link diatas
2. pilih primier
3. tulis lengkap
4. kalau tak punya kartu credit cukup hilangkan centangannya
5. submit
6. nanti langsung masuk ke akun mu
sekarang daftar aw survey gratis DAFTAR AW SURVEY GRATIS
cara daftar
1. klik create a new acount
2. isi lengkap
3. submit
4. nanti akan masuk ke akun mu
5. nanti ada kumpulan survey pilih salah satu
6. terus menerus sampai uang mu 27 dollar
7. cara mencairkan uangnya kamu harus mengumpulkan 75 dollar
8. dengan cara link referal kamu
9. atau sering2 login akunmu karena akan ada survey baru
mendaftar dapat 27 dollar ucapkan alhamdullilah
cara mendapatkan uang lewat aw survey tak begitu susah
tapi sebelum daftar aw survey kamu harus punya akun paypal DAFTAR DISINI GRATIS
cara daftar paypal
1. klik link diatas
2. pilih primier
3. tulis lengkap
4. kalau tak punya kartu credit cukup hilangkan centangannya
5. submit
6. nanti langsung masuk ke akun mu
sekarang daftar aw survey gratis DAFTAR AW SURVEY GRATIS
cara daftar
1. klik create a new acount
2. isi lengkap
3. submit
4. nanti akan masuk ke akun mu
5. nanti ada kumpulan survey pilih salah satu
6. terus menerus sampai uang mu 27 dollar
7. cara mencairkan uangnya kamu harus mengumpulkan 75 dollar
8. dengan cara link referal kamu
9. atau sering2 login akunmu karena akan ada survey baru
mendaftar dapat 27 dollar ucapkan alhamdullilah
Rabu, 19 Desember 2012
fakta&fakta HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAN?
HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT
ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAN?
Seperti telah ditunjukkan dalam semua pertanyaan
yang telah kami paparkan sejauh ini, teori evolusi benar-benar bertentangan
dengan berbagai penemuan ilmiah. Teori ini, yang lahir pada saat tingkat ilmu
pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, telah digugurkan oleh berbagai
penemuan ilmiah secara berturut-turut.
Kaum evolusionis, yang secara
membabi-buta mendukung teori tersebut, mencari jalan keluar dengan ungkapan
dusta, karena tidak ada lagi dasar ilmiah yang tersisa. Yang paling sering
dilakukan adalah penggunaan ucapan yang seringkali dilontarkan “penciptaan
adalah keyakinan atau iman, jadi bukan bagian dari ilmu pengetahuan”.
Selanjutnya, pernyataan ini menegaskan bahwa evolusi adalah teori ilmiah,
sedangkan penciptaan hanyalah sebuah keyakinan. Namun, pengulangan ucapan
“evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan” sebenarnya
berasal dari sudut pandang yang salah. Mereka yang terus mengulanginya adalah
orang-orang yang mengacaukan ilmu pengetahuan dengan filsafat materialis.
Mereka yakin bahwa ilmu pengetahuan harus tetap berada dalam batas-batas
materialisme, dan mereka yang tidak materialis tidak berhak membuat pernyataan
apa pun. Namun, ilmu pengetahuan itu sendiri menolak materialisme.
Mengkaji materi tidak sama
dengan
menjadi seorang materialis
Marilah, secara singkat, kita tentukan arti
materialisme agar masalah ini dapat kita pelajari dengan lebih rinci.
Materialisme adalah filsafat yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dasar
filsafat ini adalah gagasan yang menyatakan bahwa yang ada hanyalah materi.
Berdasarkan filsafat materialis, materi sudah ada sejak awal, dan akan selalu
ada untuk selamanya. Tidak ada sesuatu apa pun selain materi. Namun, pernyataan
ini tidaklah ilmiah, karena tidak bisa diuji dalam percobaan dan pengamatan.
Ini hanyalah suatu keyakinan, suatu dogma.
Akan tetapi, dogma ini berbaur
dengan ilmu pengetahuan di abad ke-19, bahkan menjadi landasan berpijak bagi
ilmu pengetahuan. Walaupun begitu, ilmu pengetahuan tidak harus menerima
materialisme. Ilmu pengetahuan mengkaji alam dan jagat raya, dan hasil kajian
tersebut tidaklah dibatasi oleh penggolongan filsafat apa pun.
Menghadapi hal ini, beberapa
orang materialis sering membela diri dengan sekedar permainan kata. Mereka
berkata, “Materi adalah satu-satunya bahan kajian ilmu pengetahuan, karena itu,
ilmu pengetahuan haruslah bersifat materialis.” Ya, ilmu pengetahuan hanya
mengkaji materi, tetapi “mengkaji materi” adalah hal yang sangat berbeda dengan
“menjadi seorang materialis”. Sebabnya adalah, saat kita mengkaji materi, kita
sadar bahwa materi mengandung pengetahuan dan rancangan yang begitu dahsyat,
sehingga mustahil dihasilkan oleh materi itu sendiri. Kita paham bahwa
pengetahuan dan rancangan tersebut adalah hasil karya sebuah kecerdasan,
walaupun kita tidak bisa melihatnya secara langsung.
Sebagai contoh, bayangkanlah sebuah gua. Kita tidak tahu apakah gua itu
pernah dimasuki orang atau belum. Jika, saat kita memasuki gua itu, yang
ditemukan hanyalah tanah, debu dan batu, dapat kita simpulkan bahwa di sana tak
ada apa-apa selain materi yang tersebar secara acak. Namun, apabila di dinding
gua terdapat lukisan-lukisan yang bagus dengan warna-warni mengagumkan, dapat
kita duga bahwa ada makhluk cerdas yang pernah masuk di gua itu sebelum kita.
Mungkin kita tidak dapat langsung melihat makhluk itu, tetapi keberadaannya
dapat kita simpulkan dari apa yang dihasilkannya.
Ilmu pengetahuan menentang
materialisme
Ilmu pengetahuan mengkaji alam ini dengan cara yang sama seperti
dijelaskan dalam contoh di atas. Jika semua rancangan di alam ini dapat
dijelaskan dengan penyebab-penyebab yang bersifat materi semata, maka ilmu
pengetahuan memperkuat materialisme. Namun, ilmu pengetahuan modern telah
mengungkapkan bahwa di alam ini terdapat suatu rancangan yang tak bisa dijelaskan
dengan penyebab bersifat materi, dan bahwa segenap materi mengandung suatu
rancangan yang diciptakan oleh Sang Pencipta.
Contohnya, semua percobaan dan pengamatan membuktikan bahwa materi itu
sendiri tidak dapat menghasilkan kehidupan. Karena itu, makhluk hidup pastilah
hasil dari sebuah penciptaan metafisik. Semua percobaan evolusionis ke arah ini
berakhir dengan kegagalan. Kehidupan tidak mungkin diciptakan dari materi
tak-hidup. Ahli biologi evolusionis Andrew Scott membuat pengakuan berikut mengenai
masalah tersebut dalam jurnal terkenal New
Scientist:
Ambillah sejumlah materi, panaskan sambil diaduk, dan tunggulah. Itulah
Genesis versi modern. Gaya-gaya “dasar”, yakni gravitasi, elektromagnetisme,
serta gaya ikat inti atom yang kuat dan lemah dianggap sebagai gaya yang
menyempurnakan proses tersebut… Tetapi, seberapa jauhkah kisah yang disusun
sangat baik ini telah benar-benar terbukti, dan seberapa besarkah yang masih
berupa dugaan yang penuh harap? Sebenarnya, mekanisme dari hampir seluruh tahapan
utama, dari zat-zat kimiawi pembentuk, hingga sel-sel yang paling awal
diketahui, masih menjadi bahan persengketaan, atau, kalau tidak, pastilah
merupakan kebingungan yang menyeluruh. 75
Akar kehidupan didasarkan pada dugaan dan perdebatan karena dogma
materialis bersikeras menyatakan bahwa kehidupan merupakan hasil dari materi.
Akan tetapi, fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa materi tidak memiliki
kekuatan seperti itu. Profesor Fred Hoyle, ahli matematika dan astronomi yang
dianugerahi gelar kebangsawanan untuk sumbangsihnya bagi ilmu pengetahuan,
memberi ulasan berikut tentang hal ini:
Jika terdapat sifat mendasar materi yang
melalui suatu cara dapat mendorong sistem organik mengarah pada terbentuknya
kehidupan, maka keberadaannya haruslah dapat diperlihatkan di laboratorium. Misalnya, seseorang bisa saja menggunakan bak kolam
renang sebagai ganti “ramuan sop purba”. Isilah bak itu dengan zat-zat kimia
non-biologis mana pun yang Anda sukai. Pompakan gas ke atasnya, atau ke
dalamnya, sesuka Anda, dan sinarilah dengan radiasi jenis apa pun yang Anda
kehendaki. Biarkan percobaan ini berlangsung selama setahun, dan lihatlah ada
berapa dari 2000 tersebut (protein yang dibuat dan dihasilkan sel hidup) yang
muncul dalam bak ramuan itu. Saya akan memberi jawabannya, dan ini akan
menghemat waktu, tenaga dan biaya melakukan percobaan secara sungguhan. Anda
tak akan mendapatkan apa pun, selain (mungkin) endapan berlendir terapung yang
terdiri atas asam-asam amino serta zat-zat kimia organik sederhana lainnya.76
Sebenarnya, materialisme sedang menghadapi kesulitan yang lebih buruk.
Materi tak bisa membentuk kehidupan, walaupun diberi waktu serta digabungkan
dengan pengetahuan manusia – apalagi tanpa faktor-faktor tersebut.
Kebenaran, yang baru saja kita tinjau sekilas adalah kebenaran bahwa
materi itu sendiri tidak dapat merancang dan tidak berpengetahuan. Namun, jagat
raya dan makhluk hidup di dalamnya mengandung rancangan dan pengetahuan yang
luar biasa kompleks. Ini menunjukkan bahwa rancangan dan pengetahuan dalam
jagat raya serta makhluk hidup adalah karya Pencipta yang memiliki kekuasaan
serta pengetahuan yang tak terhingga – Pencipta yang telah ada sebelum materi
itu sendiri ada, serta menguasai dan mengendalikannya.
Jika kita teliti dengan cermat, inilah kesimpulan yang ilmiah
sepenuhnya. Ini bukanlah “keyakinan”, melainkan kebenaran yang diperoleh
sebagai hasil pengamatan akan jagat raya dan makhluk hidup yang menghuninya.
Karena itulah, pendapat evolusionis “Evolusi adalah ilmiah, sedangkan
penciptaan adalah keyakinan di luar wilayah ilmu pengetahuan” merupakan tipuan
yang dangkal. Memang, pada abad ke-19, materialisme dikacaukan dengan ilmu
pengetahuan, dan ilmu pengetahuan terbawa ke luar jalur oleh dogma materialis.
Namun, perkembangan selanjutnya, di abad ke-20 dan ke-21, telah sepenuhnya
menggugurkan keyakinan kuno itu. Dan, kebenaran penciptaan, yang tadinya terhalang
materialisme, kini pun tampak. Seperti jelas dinyatakan majalah terkenal
Newsweek, dalam edisi 27 Juli 1998-nya yang bersejarah, dengan berita utama
yang berjudul Science Finds God (Ilmu
Pengetahuan Menemukan Tuhan) – di balik penipuan materialis, ilmu pengetahuan
menemukan Tuhan, Pencipta alam semesta dengan segala sesuatu yang ada di
dalamnya.
fakta 11&12.
MENGAPA DNA TIDAK MUNGKIN DIJELASKAN SEBAGAI SEBUAH
“KEBETULAN”?
Dengan tingkat ilmu pengetahuan yang telah dicapai kini, kita
menyaksikan bahwa berbagai rancangan dan sistem kompleks yang jelas terdapat
dalam makhluk hidup tidak mungkin muncul secara kebetulan. Sebagai contohnya,
berkat pencapaian Proyek Genom Manusia (Human
Genome Project) belakangan ini, kita dapat melihat rancangan yang
menakjubkan serta kandungan informasi yang sangat banyak yang terdapat di dalam
gen manusia.
Dalam kerangka proyek tersebut, ilmuwan dari berbagai negara - dari
Amerika serikat sampai Cina - telah 10 tahun bekerja untuk memecahkan 3 miliar
kode kimia yang terdapat di dalam DNA. Sebagai hasilnya, kini hampir semua informasi
dalam gen manusia telah disusun secara berurut.
Walaupun kemajuan yang telah
dicapai sangatlah menggairahkan dan merupakan perkembangan yang penting,
seperti Dr. Fancis Collins, pimpinan Proyek Genome Manusia katakan, bahwa ini
hanyalah langkah pertama dalam memecahkan kode informasi yang terkandung di
dalam DNA.
Guna memahami mengapa diperlukan
waktu 10 tahun dan ratusan ilmuwan untuk menyingkapkan kode-kode pembentuk
informasi ini, kita harus lebih dahulu memahami besarnya informasi yang
terkandung dalam DNA.
DNA
menyingkapkan adanya sumber
pengetahuan
yang tak terhingga
DNA dari satu sel manusia saja
sudah berisi informasi yang cukup untuk mengisi ensiklopedi yang terdiri dari
sejuta halaman. Kita tidak mungkin habis membacanya dalam seumur hidup. Jika
seseorang mulai membaca satu kode DNA per detik, tanpa henti, sepanjang hari,
setiap hari, akan diperlukan waktu 100 tahun. Sebab, ensiklopedia tersebut
berisi hampir tiga miliar kode yang berbeda-beda. Jika kita tulis semua
informasi DNA pada kertas, maka panjangnya akan membentang dari Garis
Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar 1000 jilid buku – lebih
dari cukup untuk mengisi satu perpustakaan yang besar.
Lebih dari itu, semua informasi
ini terkandung dalam inti setiap sel. Artinya, bila setiap individu terdiri
dari sekitar 100 triliun buah sel, maka akan terdapat 100 triliun versi dari
perpustakaan yang sama.
Bila dibandingkan dengan jumlah
informasi yang telah dicapai pengetahuan manusia hingga saat ini, kita tidak
mungkin memberikan contoh yang setara besarnya. Sebuah gambaran yang sulit
untuk dipercaya: 100 triliun x 1000 buku! Ini lebih banyak dibandingkan jumlah butir
pasir di dunia. Lebih jauh lagi, jika kita kalikan jumlah tersebut dengan enam
miliar yang kini hidup di Bumi, ditambah miliaran yang telah hidup sebelum
kita, angka yang didapatkan akan berada di luar jangkauan pemahaman kita.
Jumlah informasi itu mencapai ketakterhinggaan.
Beberapa contoh ini menunjukkan
betapa dahsyatnya informasi yang begitu dekat dengan kehidupan kita
sehari-hari. Kini manusia memiliki komputer canggih yang dapat menyimpan
informasi dalam jumlah amat besar. Akan tetapi, bila kita bandingkan DNA dengan
komputer tersebut, kita akan takjub menyaksikan bahwa teknologi paling mutakhir
– hasil timbunan seluruh usaha dan ilmu pengetahuan manusia berabad-abad –
belum mencapai kapasitas penyimpanan satu buah sel pun.
Gene Myers adalah salah satu
pakar paling terkemuka di Celera Genomics, yakni perusahaan pelaksana Proyek
Genome Manusia. Perkataannya sehubungan dengan hasil proyek tersebut merupakan
sebuah pernyataan tentang pengetahuan dan rancangan hebat yang terdapat dalam
DNA: “Apa yang betul-betul menakjubkan
saya adalah arsitektur kehidupan … Sistem ini teramat kompleks. Seolah ini
telah dirancang … Ada kecerdasan luar biasa di sana.”68
Sisi menarik lainnya adalah semua
makhluk hidup di planet ini telah diciptakan menurut paparan kode yang ditulis
dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang
tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa seluruh kehidupan muncul sebagai hasil
berbagai pemaparan yang menggunakan satu bahasa, dan berasal dari sumber
pengetahuan yang sama.
Hal ini membawa kita kepada satu
kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan berkembang biak
menurut informasi yang diciptakan oleh satu kecerdasan tunggal.
Hal ini menjadikan teori evolusi
sama sekali tak berarti. Sebabnya adalah, dasar teori evolusi adalah
“kebetulan”, sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu menciptakan informasi.
Jika suatu hari ditemukan sebuah ramuan obat yang sanggup melawan kanker
tertulis di sehelai kertas, umat manusia akan bergabung untuk mencari tahu
siapa ilmuwan yang terkait, serta bahkan memberikan penghargaan kepadanya. Tak
seorang pun akan berpikir, “Jangan-jangan ramuan obat itu kebetulan tertulis
akibat tumpahan tinta di kertas itu.” Setiap orang yang berakal dan mampu
berpikir jernih akan beranggapan bahwa ramuan itu ditulis oleh seseorang yang
telah mengkaji ilmu-ilmu kimia, fisiologi manusia, kanker dan farmakologi,
secara mendalam.
Pernyataan evolusionis, bahwa
informasi pada DNA timbul secara kebetulan, sangatlah tidak masuk akal. Hal ini
setara dengan mengatakan bahwa ramuan obat pada kertas tersebut juga tertulis
secara kebetulan. DNA mengandung rumus molekul terperinci dari 100.000 jenis
protein dan enzim, sekaligus perintah yang cermat namun rumit tentang
pengaturan penggunaan zat-zat tersebut selama produksi. Disamping itu, juga
terkandung rencana produksi berbagai hormon pembawa-pesan serta tata-cara
komunikasi antar-sel tempat di mana zat-zat tersebut digunakan, serta segala
jenis informasi lain yang rumit dan tertentu.
Pernyataan yang mengatakan bahwa
DNA – beserta semua informasi di dalamnya – tercipta secara kebetulan, atau
terjadi karena sebab-sebab alamiah, adalah cermin ketidakpahaman atas
permasalahan yang ada atau keyakinan buta materialis. Gagasan yang mengatakan
bahwa sebuah molekul seperti DNA – beserta kandungan informasinya yang
menakjubkan dan strukturnya yang kompleks – dapat dihasilkan secara kebetulan,
tidak pantas dianggap serius. Tidaklah mengherankan, para evolusionis berusaha
memberi penjelasan dangkal perihal sumber kehidupan, seperti juga berbagai
perihal lainnya, dengan menjabarkannya sebagai “rahasia yang belum
terpecahkan”.
19
MENGAPA KEKEBALAN BAKTERI
TERHADAP ANTIBIOTIK BUKANLAH CONTOH PERISTIWA EVOLUSI?
Satu konsep biologi yang
dicoba-sajikan sebagai bukti teori evolusi oleh para evolusionis adalah
kekebalan atau daya tahan bakteri terhadap antibiotik. Banyak sumber
evolusionis menyebutkan bahwa kekebalan terhadap antibiotik adalah sebuah
contoh perkembangan makhluk hidup melalui mutasi yang menguntungkan. Hal serupa
juga dikatakan tentang serangga yang menjadi kebal terhadap insektisida seperti
DDT.
Akan tetapi, kaum evolusionis pun
salah dalam hal ini.
Antibiotik adalah “molekul
pembunuh” yang dihasilkan mikroorganisme untuk melawan mikroorganisme lain. Antibiotik pertama adalah penisilin, yang ditemukan
oleh Alexander Flemming pada 1928. Flemming menyadari bahwa jamur (seringkali
ditemukan seperti bubuk atau benang-benang di permukaan bahan organik sudah
lama – penerj.) menghasilkan molekul yang mematikan bakteri Staphylococcus, dan penemuan ini
merupakan titik balik dalam dunia obat-obatan. Antibiotik yang diambil dari
berbagai organisme digunakan untuk melawan bakteri, dan berhasil.
Tidak lama kemudian, hal baru ditemukan. Seiring dengan waktu, bakteri
mengembangkan kekebalan terhadap antibiotik. Mekanisme kerjanya adalah sebagai
berikut: sebagian besar bakteri yang diberi antibiotik akan mati, tetapi
sebagian lain yang tidak terpengaruh oleh antibiotik tersebut, akan dengan
cepat berkembang biak dan membentuk populasi yang sama dengan yang sebelumnya.
Sehingga, seluruh populasi menjadi kebal terhadap antibiotik.
Para evolusionis menampilkan hal ini sebagai “evolusi bakteri dengan
cara beradaptasi terhadap lingkungan”.
Akan tetapi, kenyataan sebenarnya jauh berbeda dengan penafsiran
dangkal ini. Salah seorang ilmuwan yang telah melakukan penelitian mendalam di
bidang ini adalah ahli biofisika Israel bernama Lee Spetner, yang juga dikenal
dengan bukunya Not by Chance yang
terbit tahun 1997. Spetner menyatakan, kekebalan bakteri terjadi karena dua
mekanisme; namun tak satu pun dari keduanya merupakan bukti teori evolusi.
Kedua mekanisme ini adalah:
1.
Perpindahan (transfer) gen-gen kekebalan yang sudah ada pada bakteri.
2.
Tumbuhnya kekebalan sebagai akibat hilangnya data genetis karena
mutasi.
Mekanisme yang pertama dibahas Profesor Spetner dalam artikel yang
terbit tahun 2001:
Sejumlah mikroorganisme dilengkapi dengan gen-gen yang memberikan
kekebalan terhadap antibiotik-antibiotik ini. Kekebalan ini dapat berupa
kemampuan merombak molekul antibiotik tersebut, atau mengeluarkannya dari sel …
[O]rganisma yang memiliki gen-gen ini dapat memindahkannya ke bakteri lain,
sehingga menjadikan bakteri tersebut kebal juga. Walaupun mekanisme kekebalan
tersebut bersifat khusus terhadap satu antibiotik tertentu, kebanyakan bakteri
patogen telah … berhasil mengumpulkan beberapa perangkat gen yang memberikan
bakteri-bakteri tersebut kekebalan terhadap beberapa jenis antibiotik.69
Spetner lalu melanjutkan dan berkata bahwa hal ini bukanlah “bukti yang
mendukung evolusi”:
Perolehan kekebalan terhadap antibiotik dengan cara ini… bukanlah
sesuatu yang dapat menjadi contoh dari mutasi yang diperlukan untuk menjelaskan
peristiwa Evolusi… Perubahan genetik yang dapat mendukung teori ini semestinya
tidak hanya menambahkan informasi pada genom bakteri. Perubahan genetik ini
harus pula menambahkan informasi baru pada biokosmos. Perpindahan gen secara
horisontal hanya menyebabkan penyebaran gen-gen yang sudah ada pada sejumlah
spesies.70
Jadi, kita tak dapat berbicara tentang evolusi apa pun di sini, karena
tidak ada informasi genetis baru dihasilkan: yang terjadi hanyalah informasi
genetis yang sudah ada sekedar dipindahkan di antara bakteri.
Jenis kekebalan yang kedua, yang tercipta sebagai hasil mutasi, juga
bukan contoh evolusi. Spetner menulis:
… [S]uatu mikroorganisme kadang dapat memperoleh kekebalan terhadap
suatu antibiotik melalui penggantian acak sebuah nukleotida… Streptomisin, yang
ditemukan Selman Waksman dan Albert Schatz, dan pertama kali dilaporkan di
tahun 1944, adalah antibiotik yang dapat menjadikan bakteri dapat memperoleh
kekebalan dengan cara itu. Tetapi, walaupun mutasi yang mereka alami dalam
proses ini bersifat menguntungkan bagi mikroorganisme yang diberi streptomisin,
mutasi tersebut tidak dapat menjadi contoh dari jenis mutasi yang diperlukan
untuk mendukung Teori Neo-Darwinian (Neo
Darwinian Theory atau NDT). Jenis mutasi yang memunculkan kekebalan
terhadap streptomisin terjadi pada ribosom, dan menghilangkan kemampuan sel untuk
mengenali dan berikatan dengan molekul antibiotik.71
Dalam bukunya Not by Chance,
Spetner mengibaratkan situasi ini dengan gangguan pada hubungan antara kunci
dan lubangnya. Streptomisin, ibarat kunci yang cocok dengan lubangnya,
mencengkeram ribosom suatu bakteri dan menjadikannya tidak aktif. Mutasi
menyebabkan hal sebaliknya, menguraikan ribosom, sehingga streptomisin tidak
dapat menyerang ribosom. Walaupun ini ditafsirkan sebagai “pembentukan
kekebalan bakteri terhadap streptomisin”, bakteri tidaklah diuntungkan, malah
sebaliknya. Spetner menulis:
Perubahan ini, yang terjadi pada permukaan ribosom mikroorganisme,
mencegah molekul streptomisin untuk menempel dan melaksanakan fungsi
antibiotiknya. Ternyata, terurainya ribosom adalah berupa hilangnya struktur
khusus, dan ini berarti hilangnya informasi. Intinya adalah, Evolusi… tidak
dapat dicapai dengan mutasi jenis ini, tak menjadi soal betapa pun banyaknya.
Evolusi tidak dapat terjadi melalui timbunan peristiwa mutasi yang hanya
merombak struktur khusus.72
Singkatnya, sebuah mutasi yang terjadi pada ribosom bakteri telah
menjadikan bakteri tersebut kebal terhadap streptomisin. Alasannya adalah
“rusak atau hilangnya bagian” ribosom akibat mutasi. Jadi, tidak ada informasi
genetis baru yang ditambahkan. Sebaliknya, struktur ribosom terurai, yang
berarti, bakteri menjadi “cacat”. (Juga, telah ditemukan bahwa ribosom pada
bakteri yang telah mengalami mutasi tidak berfungsi penuh seperti ribosom pada
bakteri yang normal.) Karena “cacat” ini mencegah menempelnya antibiotik pada
ribosom, maka terjadilah “kekebalan terhadap antibiotik”.
Akhirnya, tidak terdapat contoh mutasi yang “mengembangkan informasi
genetis”. Para evolusionis, yang ingin menyajikan kekebalan terhadap antibiotik
sebagai bukti evolusi, telah menangani masalah ini dengan tidak
sungguh-sungguh, sehingga mereka salah.
Sama halnya dengan terjadinya kekebalan serangga terhadap DDT dan
insektisida sejenis. Pada umumnya, gen-gen kekebalan yang sudah ada, digunakan.
Ahli biologi evolusioner, Francisco Ayala mengakui fakta ini, dan berkata: “Varian genetis yang dibutuhkan untuk
terjadinya kekebalan terhadap jenis pestisida yang paling bervariasi sekali
pun, tampaknya sudah ada dalam setiap populasi yang terkena senyawa-senyawa
buatan manusia ini.”73 Contoh lain yang dijelaskan dengan
mutasi, seperti halnya mutasi ribosom yang telah diceritakan di atas, adalah
fenomena yang menyebabkan “berkurangnya informasi genetis” pada serangga.
Dalam kasus ini, mekanisme kekebalan pada bakteri dan serangga tidak
bisa dinyatakan sebagai bukti kebenaran teori evolusi. Hal ini berlaku karena
teori evolusi menegaskan bahwa makhluk hidup berkembang melalui mutasi. Namun,
Spetner menjelaskan bahwa kekebalan antibiotik maupun fenomena biologis lainnya
bukanlah isyarat adanya mutasi semacam itu:
Mutasi-mutasi yang diperlukan
bagi terjadinya makro-evolusi belum pernah teramati. Tidak ada mutasi acak –
yang dapat menjadi bukti mutasi yang dibutuhkan Teori Neo-Darwinis – pada
tingkat molekuler, yang telah menambahkan sedikit pun informasi. Pertanyaan
yang saya ajukan adalah: Apakah mutasi yang telah diamati merupakan jenis yang
diperlukan untuk mendukung teori ini? Ternyata jawabnya adalah TIDAK! 74
-heig� 0 % ��* p�* ily:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-ansi-language:EN-US;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SA;mso-no-proof:yes'>
fakta 10. ANGGAPAN “DI MASA DEPAN KEBENARAN TEORI EVOLUSI AKAN TERBUKI” ADALAH SALAH
MENGAPA ANGGAPAN “DI MASA DEPAN
KEBENARAN TEORI EVOLUSI AKAN TERBUKI” ADALAH SALAH?
Ketika mereka sudah tersudut, ada
di antara para pendukung teori evolusi yang mengandalkan kata-kata: “Bahkan
kalau pun penemuan ilmiah masa kini tidak menegaskan kebenaran evolusi, teori
ini akan terbukti dengan perkembangan ilmu yang terjadi di masa yang akan
datang.”
Ini adalah titik awal pengakuan
kekalahan kaum evolusionis di arena ilmiah. Bila kita membaca yang tersirat,
maka kita akan mendapatkan: “Ya, kami,
para pendukung evolusi, mengakui bahwa berbagai penemuan di bidang ilmiah tidak
mendukung teori kami. Oleh sebab itulah, tidak ada alternatif lain bagi kami
selain menunda perihal ini ke masa depan.”
Akan tetapi, ilmu pengetahuan
tidak bekerja dengan cara berpikir seperti demikian. Seorang ilmuwan seharusnya
tidak lebih dahulu meyakini sebuah teori secara buta, sambil berharap, suatu
saat nanti, bukti atas kebenaran teori itu akan muncul. Ilmu pengetahuan
memeriksa semua bukti yang ada, lalu menyimpulkannya. Karena itu, para ilmuwan
seharusnya menerima adanya fakta “rancangan”, atau dengan kata lain fakta
penciptaan, yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Akan tetapi, propaganda dan
bujukan evolusionis masih mampu mempengaruhi orang, terutama yang tidak begitu
paham tentang teori ini. Oleh sebab itu, ada baiknya bila ketiga pertanyaan
berikut ini dijawab secara lengkap dan jelas:
Kita dapat menguji keabsahan
teori evolusi dengan tiga pertanyaan dasar:
1. Bagaimana sel hidup pertama muncul?
2. Bagaimana satu spesies dapat berubah menjadi spesies
lain?
3. Adakah bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk hidup
memang melalui proses seperti itu?
Sejumlah besar penelitian selama
abad ke-20, telah dilakukan untuk menjawab ketiga pertanyaan di atas -
pertanyaan yang harus dijawab oleh teori evolusi. Akan tetapi,
penelitian-penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa teori evolusi
tidak dapat menjelaskan tentang kehidupan. Ini terlihat jelas dalam pembahasan
yang lebih mendalam dari ketiga pertanyaan di atas:
1. Pertanyaan tentang
munculnya “sel pertama” adalah persoalan sulit yang paling mematikan bagi
pendukung teori evolusi. Hasil berbagai penelitian yang berkenaan dengan hal
ini menunjukkan bahwa kemunculan sel pertama tidak dapat dijelaskan oleh konsep
“kebetulan”. Fred Hoyle menyatakan hal itu sebagai berikut:
Peluang munculnya makhluk hidup
dengan cara ini adalah sebanding dengan peluang angin tornado yang menyapu
lahan penimbunan barang-barang bekas dan kemudian merakit sebuah pesawat Boeing
747 dari bahan-bahan yang ada di dalamnya. 63
Berikut ini adalah sebuah contoh
untuk melihat kontradiksi pada kaum evolusionis. Ingatlah contoh terkenal dari
William Paley, dan bayangkanlah seseorang yang seumur hidupnya belum pernah
melihat jam dinding. Orang itu hidup di pulau terpencil, dan suatu hari
menemukan sebuah jam dinding. Bagi orang yang belum pernah melihat sebuah jam
dinding dari jarak 100 meter, dia tidak bisa menentukan apa benda tersebut
sebenarnya, dan mungkin tidak bisa membedakannya dari fenomena alam lain yang
disebabkan oleh angin, pasir dan tanah. Namun ketika orang tersebut semakin
dekat, hanya dengan melihatnya, dia akan menyadari bahwa jam itu adalah hasil
suatu rancangan. Ketika lebih dekat lagi, dia tidak akan ragu sedikit pun.
Tahap berikutnya, mungkin dia memeriksa berbagai bagian dari jam tersebut, dan
juga sentuhan seni yang tampak jelas padanya. Ketika dia membuka tutup mesin
jam dan mencermatinya, dia akan melihat bahwa di dalam jam tersebut terdapat
akumulasi pengetahuan yang lebih besar, dibandingkan dengan apa yang terlihat
dari luar. Benda ini adalah hasil kecerdasan. Setiap langkah penelitian
selanjutnya akan menjadikan analisis ini semakin pasti.
Sebagaimana paparan di atas, kebenaran
tentang makhluk hidup muncul ke permukaan seiring dengan ilmu pengetahuan yang
semakin maju. Kemajuan ilmiah telah mengungkapkan kesempurnaan makhluk hidup,
baik di tingkat sistem, organ, jaringan, sel, maupun di tingkat molekul. Dengan
semakin mendalamnya pengetahuan kita tentang semua hal tersebut, kita mampu
melihat dengan lebih jelas sisi yang menakjubkan dari rancangan-rancangan yang
ada. Evolusionis abad ke-19, yang beranggapan bahwa sel adalah suatu gumpalan
mungil karbon, berada pada situasi yang sama dengan orang yang melihat jam
dinding dari jarak 100 meter seperti dalam cerita di atas. Tapi di masa kini,
sangatlah sulit untuk menemukan satu pun ilmuwan yang tidak mengakui bahwa
masing-masing bagian dari sel adalah sebuah hasil karya dan seni serta
rancangan yang sangat hebat. Bahkan pada membran dari sebuah sel yang kecil,
yang memiliki sifat “penyaring selektif”, terdapat kecerdasan dan rancangan
yang luar biasa. Membran tersebut mengenali berbagai atom, protein, dan molekul
yang berada di sekelilingnya, seolah-olah memiliki pikirannya sendiri. Membran
hanya akan membiarkan partikel-partikel yang dibutuhkan masuk ke dalam sel.
(Untuk lebih jauh lagi, bacalah karya Harun Yahya, Consciousness in the Cell). Tidak seperti jam dinding tadi (yang
kecerdasan rancangannya masih terbatas), organisme hidup adalah bukti
kecerdasan dan rancangan yang menakjubkan. Penelitian-penelitian atas struktur
makhluk hidup yang semakin mendalam dan luas ini, yang sejauh ini baru saja
mengungkapkan sebagian kecil dari rancang-bangun dan fungsinya, bukanlah
membuktikan evolusi, melainkan memungkinkan kita untuk memahami kebenaran
penciptaan dengan lebih baik.
2. Kaum evolusionis
berpendapat, bahwa satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain, melalui
mutasi dan seleksi alam. Seluruh penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan
dengan masalah ini, menunjukkan bahwa kedua mekanisme tidak memiliki pengaruh
evolusioner yang demikian. Colin Patterson, seorang ahli paleontologi senior
Museum Natural History di London,
menekankan fakta ini sebagai berikut :
Tak ada
yang pernah menghasilkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tidak seorang pun
hampir pernah menghasilkannya, dan kebanyakan debat neo-Darwinisme sekarang
adalah seputar masalah ini.64
Penelitian tentang mutasi menunjukkan bahwa proses tersebut tidak
bersifat evolusioner. Ahli genetika dari Amerika, B. G. Ranganathan, berkata:
Pertama, mutasi sejati amat
jarang terjadi di alam ini. Kedua, kebanyakan mutasi adalah berbahaya, karena
perubahan struktur gen terjadi secara acak, bukan teratur. Perubahan acak apa
pun pada sistem dengan tingkat keteraturan tinggi akan merusak, bukan
memperbaiki. Contohnya, bila gempa bumi mengguncangkan sebuah struktur yang
teratur, misalnya sebuah gedung, akan terjadi perubahan acak dalam kerangka
bangunan tersebut yang, dalam segala kemungkinan, tidak akan memunculkan
perbaikan.65
Seperti yang telah kita saksikan,
apa yang disebutkan dalam teori evolusi sebagai mekanisme pembentuk spesies
baru, sebenarnya sama sekali tidak berdampak dan justru merusak. Sekarang, kita
memahami bahwa kedua mekanisme ini – yang diajukan di saat ilmu dan teknologi
belum mencapai tingkat yang cukup tinggi untuk membuktikan ketidakabsahan
pendapat yang hanya merupakan khayal ini – tidak memiliki pengaruh perkembangan
maupun evolusi.
3. Fosil juga menunjukkan bahwa
makhluk hidup tidaklah muncul sebagai akibat proses evolusi. Makhluk hidup
muncul secara tiba-tiba, sebagai hasil “rancangan” yang sempurna. Semua fosil
yang telah ditemukan menegaskan hal ini. Niles Eldredge, ahli paleontologi dari
Universitas Harvard dan pengawas di American
Museum of Natural History menjelaskan bahwa tak mungkin fosil yang dapat
ditemukan di masa depan akan dapat mengubah keadaan ini:
Catatan fosil meloncat-loncat,
dan semua bukti yang ada menunjukkan bahwa catatan itu benar adanya:
celah-celah yang kita lihat menunjukkan kejadian sebenarnya dalam sejarah
makhluk hidup – bukan artefak catatan fosil yang tidak lengkap. 66
Robert Wesson, seorang pakar asal
Amerika lain, menyatakan dalam bukunya Beyond
Natural Selection di tahun 1991, bahwa “celah-celah dalam catatan fosil
adalah nyata dan luar biasa”. Ia menjelaskan pernyataannya sebagai berikut:
Celah-celah dalam catatan fosil
itu memang sungguhan. Ketiadaan catatan akan percabangan yang penting sungguh
luar biasa. Spesies-spesies biasanya terdapat dalam keadaan tetap, atau nyaris
tetap, untuk jangka waktu yang lama; jarang terlihat adanya evolusi suatu
spesies menjadi spesies yang baru, atau tidak pernah terlihat adanya evolusi
suatu genus menjadi genus yang baru.
Yang ada adalah pergantian satu
oleh yang lain, dan perubahan bisa dikatakan berlangsung mendadak. 67
Kesimpulannya, setelah sekitar
150 tahun berlalu sejak pertama kalinya teori evolusi diusulkan, sejak itu pula
penemuan-penemuan di bidang ilmiah selalu menunjukkan bukti-bukti yang
menentangnya. Semakin diteliti, semakin banyak bukti yang menunjukkan
penciptaan yang sempurna, dan kian dipahami bahwa kemunculan makhluk hidup dan
variasinya akibat faktor kebetulan adalah mustahil. Setiap penelitian
mengungkapkan bukti baru akan adanya rancangan pada makhluk hidup, sehingga
fakta penciptaan semakin jelas. Sejak masa Darwin, setiap dasawarsa yang
berlalu kian mengungkapkan ketidakabsahan teori evolusi.
Singkatnya, kemajuan ilmiah tidak
mendukung teori evolusi. Oleh sebab itu, perkembangan di masa depan juga tak
akan mendukung, malah akan semakin memperjelas ketidakabsahan teori ini.
Tidak benar apabila dikatakan
bahwa evolusi adalah sesuatu yang belum bisa dijawab atau diterangkan oleh ilmu
pengetahuan. Juga tidak benar bahwa evolusi bisa dibuktikan di masa yang akan
datang. Ilmu pengetahuan modern telah menyangkal teori evolusi di segala
bidang, dan menunjukkan bahwa dari sudut pandang mana pun, proses evolusi
mustahil terjadi. Adanya upaya untuk mempertahankan kepercayaan ini dengan
mengatakan bahwa evolusi akan dibuktikan di masa depan, merupakan hasil dari
pola pikir khayal dan mimpi kaum Marxist dan lingkungan materialis yang melihat
evolusi sebagai penyokong ideologi mereka. Mereka, dengan demikian, hanyalah
mencoba menghibur diri dari rasa putus asa.
Karena itu, gagasan bahwa
“evolusi akan terbukti di masa depan” tak berbeda dengan berkata “di masa depan
akan terbukti bahwa Bumi terletak di punggung seekor gajah”.
17
MENGAPA PERISTIWA METAMORFOSIS
BUKANLAH BUKTI KEBENARAN TEORI EVOLUSI?
Beberapa jenis hewan mengalami
perubahan fisik agar dapat bertahan dan beradaptasi dengan kondisi alam yang
berubah-ubah. Proses ini dikenal sebagai metamorfosis. Mereka yang tak begitu
memahami biologi, serta mereka yang mendukung teori evolusi, kadang-kadang
mencoba menggambarkan proses itu sebagai bukti evolusi. Sumber-sumber yang
menyatakan metamorfosis sebagai “contoh evolusi” adalah omong kosong. Hal ini
merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit, yang bertujuan menyesatkan
mereka yang kurang paham tentang perihal ini, pendukung evolusi yang masih
baru, serta guru-guru biologi Darwinis yang tidak benar-benar tahu masalahnya.
Para ilmuwan yang dianggap ahli dalam bidang evolusi, dan memahami kebuntuan
dan pertentangan dalam teori ini, seringkali bersikap segan bila harus
mengungkapkan pernyataan yang menggelikan ini. Sebab, mereka tahu betapa
pendapat tersebut tidak masuk akal …
Kupu-kupu, lalat dan lebah adalah
beberapa contoh hewan yang dikenal mengalami proses metamorfosis. Katak, yang
mula-mula hidup di air lalu pindah ke darat, merupakan contoh yang lain. Hal
ini tak ada kaitannya dengan evolusi, karena teori evolusi berusaha menjelaskan
proses munculnya keberagaman di antara makhluk hidup melalui peristiwa mutasi
yang terjadi secara tidak disengaja. Akan tetapi, metamorfosis tidak memiliki
kesamaan apa pun dengan pernyataan tersebut. Metamorfosis merupakan proses yang
sudah direncanakan, dan tidak ada kaitannya dengan mutasi ataupun faktor
kebetulan. Metamorfosis tidaklah disebabkan oleh kebetulan. Penyebab proses ini
adalah data genetis yang sudah menjadi bagian terpadu makhluk tersebut sejak
lahir. Misalnya, katak memiliki informasi genetis yang memungkinkannya hidup di
darat serta di bawah permukaan air. Bahkan saat masih berbentuk larva, seekor
nyamuk memiliki informasi genetis tentang bentuk pupa dan dewasa. Hal serupa
juga terdapat pada semua hewan yang mengalami metamorfosis.
Metamorfosis adalah bukti
penciptaan
Penelitian ilmiah terakhir
tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa peristiwa metamorfosis adalah
proses rumit yang dikendalikan oleh beberapa gen yang berlainan. Dalam
metamorfosis katak, misalnya, proses yang menyangkut ekor dikendalikan oleh
lebih dari dua belas gen. Artinya, proses
pembentukan ekor terjadi berkat adanya kerja sama antara beberapa bagian. Ini
merupakan proses biologi yang menunjukkan ciri irreducible complexity, atau “kerumitan tak tersederhanakan”, yang
berarti metamorfosis adalah bukti akan adanya penciptaan.
Irreducible
complexity adalah konsep dalam
dunia ilmiah yang diungkapkan oleh Profesor Michael Behe, ahli biokimia yang
dikenal atas penelitiannya yang membuktikan ketidakabsahan teori evolusi. Arti
konsep ini adalah organ dan sistem kompleks berfungsi sebagai hasil kerja sama
berbagai bagian penyusunnya, dan jika saja satu bagian terkecil tidak
berfungsi, maka seluruh sistem atau organ akan berhenti pula. Struktur yang
rumit ini tidak mungkin muncul secara kebetulan, berubah sedikit demi sedikit
seperti yang diungkapkan oleh teori evolusi. Yang terjadi dalam peristiwa
metamorfosis adalah irreducible
complexity (kerumitan tak tersederhanakan). Proses metamorfosis terjadi
melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon yang sangat teliti, yang dipengaruhi
oleh beragam gen. Kesalahan terkecil sekali pun akan mengakibatkan kematian
makhluk hidup tersebut. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses serumit ini dapat
terjadi secara kebetulan dan bertahap. Karena kesalahan sekecil apa pun akan
mengakibatkan kematian hewan tersebut, adalah mustahil menjelaskan peristiwa
ini dengan mekanisme “trial and error”
(coba-coba) atau seleksi alam, seperti pendapat evolusionis. Tidak ada satu pun
makhluk yang dapat bertahan berjuta-juta tahun, untuk menunggu bagian tubuh
yang diperlukannya muncul secara kebetulan.
Mengingat semua hal di atas, jelaslah bahwa metamorfosis tidak
membuktikan kebenaran teori evolusi, seperti yang diasumsikan oleh sebagian
orang yang kurang paham tentang metamorfosis. Sebaliknya, apabila kita
renungkan betapa rumitnya proses dan sistem pengendali metamorfosis,
hewan-hewan yang mengalami metamorfosis adalah bukti yang jelas akan fakta
penciptaan.
uage� * > l p�* ��) yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. As Sajdah, 32:4)
Kata “hari” dalam ayat itu, atau yawm dalam bahasa Arab, juga berarti
selang waktu yang panjang. Dengan kata lain, Al Qur’an menyebutkan bahwa
kehidupan diciptakan dalam beberapa masa yang berbeda, tidak sekaligus.
Penemuan di bidang geologi di zaman modern memberikan gambaran yang menegaskan hal
ini.
fakta 9
MENGAPA GIGI GERAHAM
BUNGSU BUKANLAH BUKTI KEBENARAN EVOLUSI?
Salah satu tipuan penting dari teori evolusi adalah pernyataan yang
berkaitan dengan organ vestigial (organ persisaan). Evolusionis menyatakan
bahwa terdapat sejumlah organ dalam makhluk hidup yang kehilangan fungsinya
seiring dengan waktu, dan kemudian lenyap. Dengan berpedoman pada hal ini, kaum
evolusionis mencoba mengirimkan pesan, “Jika tubuh makhluk hidup adalah hasil
penciptaan, maka seharusnya di dalamnya tidak terdapat organ yang tak
berfungsi”.
Naskah terbitan kaum evolusionis di awal abad ke-20 menyatakan bahwa
tubuh manusia memiliki sekitar seratus buah organ yang sudah tidak berguna
lagi. Di antaranya adalah usus buntu, tulang ekor, amandel, kelenjar pineal,
telinga bagian luar, kelenjar timus, dan geraham bungsu. Akan tetapi, ilmu
kedokteran telah mencapai kemajuan pesat dalam beberapa dasawarsa setelah itu.
Akibatnya, tampaklah bahwa gagasan organ vestigial hanyalah takhayul. Daftar
panjang buatan kaum evolusionis pun berkurang secara tajam. Kelenjar timus
ternyata adalah organ yang menghasilkan sel sistem kekebalan yang penting, dan
kelenjar pineal berfungsi menghasilkan hormon-hormon penting. Terungkap pula
bahwa tulang ekor berfungsi
untuk menopang tulang-tulang sekitar pinggul, dan telinga bagian luar berfungsi
penting dalam mengenali dari arah mana bebunyian berasal. Singkat kata,
terungkap bahwa ketidaktahuan adalah satu-satunya pijakan yang menopang gagasan
tentang “organ vestigial”.
Ilmu pengetahuan modern telah berulang kali menunjukkan bahwa konsep
organ semacam itu adalah keliru. Namun, sebagian kaum evolusionis masih
memanfaatkan pernyataan ini. Walaupun ilmu kedokteran telah membuktikan bahwa
hampir semua organ itu (yang tadinya disebut-sebut sebagai “vestigial”)
ternyata memiliki fungsinya masing-masing, dugaan evolusi yang tidak berdasar
masih menyelimuti satu atau dua organ.
Salah satu yang paling menonjol adalah geraham bungsu. Dalam naskah
evolusionis masih tercantum anggapan bahwa gigi ini adalah bagian tubuh manusia
yang telah kehilangan semua fungsinya. Sebagai buktinya, kaum evolusionis
menyatakan bahwa gigi-gigi geraham bungsu ini memunculkan masalah pada sebagian
besar orang, dan proses mengunyah tidak terganggu ketika gigi-gigi tersebut
dicabut.
Banyak dokter gigi, karena terpengaruh pernyataan evolusionis bahwa
gigi bungsu tidak berfungsi, telah berpandangan bahwa pencabutan gigi bungsu
sesuatu yang biasa, dan mereka tidak melakukan usaha pemeliharaan yang sama
padanya seperti pada gigi yang lain.53 Akan tetapi penelitian di
tahun-tahun terakhir menunjukkan, gigi bungsu memiliki fungsi mengunyah, sama
seperti gigi lain. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anggapan “gigi
bungsu mengganggu posisi gigi lain” adalah sama sekali tak beralasan.54
Sekarang ini kritik ilmiah, tentang bagaimana masalah gigi bungsu ini bisa
diatasi bukan dengan cara pencabutan, semakin meningkat.55 Faktanya,
kesepakatan ilmiah menyatakan bahwa gigi geraham bungsu berfungsi mengunyah,
sama dengan gigi lain, dan tidak ada pembenaran ilmiah yang mendukung keyakinan
bahwa gigi geraham bungsu tidak memiliki kegunaan.
Jadi, mengapa gigi geraham bungsu menimbulkan gangguan pada banyak
orang? Berdasarkan penelitian para ahli di bidang ini, permasalahan gigi bungsu
di masyarakat terjadi secara berbeda-beda, tergantung zaman. Kini diketahui
bahwa gangguan gigi bungsu jarang terdapat di masyarakat pra-industri. Khususnya
selama beberapa ratus tahun terakhir ini, manusia lebih menyukai makanan lunak
daripada yang keras, sehingga pertumbuhan rahang manusia pun terganggu.
Akhirnya diketahui, ternyata masalah gigi bungsu berasal dari gangguan
pertumbuhan rahang akibat pola makan.
Diketahui pula, ternyata perilaku makan masyarakat juga berpengaruh
buruk pada gigi lainnya. Sebagai contoh, meningkatnya konsumsi makanan dengan
kadar gula dan asam yang tinggi telah meningkatkan kerusakan gigi. Tapi, fakta
itu tidak menjadikan kita berpikir bahwa semua gigi kita mengalami “atrofi”
(pengecilan atau penyusutan). Hal yang sama juga berlaku pada gigi geraham
bungsu. Masalah pada gigi geraham bungsu berasal dari kebiasaan makan, bukan
dari “atrofi” evolusioner apa pun.
13
BAGAIMANAKAH TEORI EVOLUSI DIRUNTUHKAN OLEH STRUKTUR
YANG KOMPLEKS PADA MAKHLUK PALING PURBA?
Dalam catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian atau rantai. Bila
kita perhatikan rantai ini dari makhluk paling purba sampai yang paling muda,
tampaklah bahwa makhluk hidup muncul dalam bentuk mikroorganisme, hewan laut
tak bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas, dan
mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini dengan penuh praduga,
sambil berupaya menyajikannya sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan
bahwa makhluk hidup berkembang dari bentuk sederhana menuju bentuk yang lebih
kompleks, dan selama proses ini berlangsung, beraneka ragam makhluk hidup pun
tercipta. Misalnya, para evolusionis mengemukakan, fakta tidak ditemukannya
fosil manusia pada pengkajian terhadap lapisan fosil berusia 300 juta tahun
merupakan salah satu bukti kebenaran evolusi. Profesor Aykut Kence, seorang
evolusionis Turki, berkata:
Anda ingin menggugurkan teori
evolusi? Jika demikian, pergilah dan cari beberapa fosil manusia dari zaman
Kambrium! Siapa pun yang berhasil menemukannya akan meruntuhkan teori evolusi,
bahkan memenangkan hadiah Nobel atas penemuannya.56
Perkembangan makhluk hidup dari bentuk sederhana
(primitif) ke bentuk rumit (kompleks) adalah pemikiran khayal
Mari kita bayangkan cara berpikir
evolusionis yang terdapat dalam kata-kata Profesor Kence. Perkembangan makhluk
hidup dari bentuk primitif ke bentuk kompleks adalah praduga evolusionis yang
tak benar sedikit pun. Profesor biologi asal Amerika, Frank L. Marsh, yang
mengkaji pernyataan kaum evolusionis, dalam bukunya Variation and Fixity in Nature menyatakan makhluk hidup tak dapat disusun dalam sebuah urutan yang senantiasa
bersambung tanpa putus dari bentuk sederhana ke bentuk rumit.57
Dalam hal ini, pernyataan
evolusionis sebenarnya dapat diruntuhkan oleh fakta kemunculan mendadak dari
hampir seluruh filum hewan yang dikenal sekarang di Zaman Kambrium. Bahkan,
semua hewan yang muncul secara tiba-tiba tersebut sudah memiliki struktur tubuh
yang rumit, tidak sederhana – hal ini benar-benar berlawanan dengan asumsi
evolusionis.
Trilobita yang termasuk filum
Arthropoda, adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang keras, memiliki tubuh
yang bersendi, dan organ-organ kompleks.. Catatan fosil telah memungkinkan
pengkajian yang sangat terperinci terhadap mata trilobita. Mata trilobita
terdiri atas beratus-ratus faset kecil, yang masing-masing terdiri atas dua
lapisan lensa. Struktur mata ini adalah keajaiban nyata perancangan. David
Raup, profesor geologi di Universitas Harvard, Rochester, dan Chicago, berkata,
“Trilobita yang hidup 450 juta tahun yang silam telah memiliki rancangan
optimal yang di zaman kini memerlukan insinyur optik yang terlatih baik dan
imajinatif untuk mengembangkannya.” 58
Sisi menarik lainnya di seputar
bahasan ini adalah, lalat di zaman sekarang memiliki struktur mata yang serupa.
Dengan kata lain, struktur demikian itu sudah ada selama 520 juta tahun
terakhir ini.
Pemandangan luar biasa tentang
Zaman Kambrium sangat sedikit diketahui di saat Darwin menulis The Origin of Species. Setelah masa
Darwin, barulah orang tahu, bahwa menurut catatan fosil, makhluk hidup muncul
dengan seketika di Zaman Kambrium, dan trilobita serta hewan invertebrata lain
hadir di muka bumi secara bersamaan. Dalam bukunya, Darwin tak mampu membahas
sepenuhnya mengenai hal ini. Namun, ia memang membahas sedikit tentang itu
dalam bab berjudul “On the sudden appearance of groups of allied species in the
lowest known fossiliferous strata“ (Timbulnya secara serentak kelompok-kelompok
spesies yang saling terkait dalam lapisan fosil terendah yang diketahui), ia
menulis di sini tentang Zaman Silur (di masa Darwin, zaman ini mencakup pula
zaman yang kini kita sebut Kambrium):
Misalnya, saya tidak dapat
meragukan bahwa semua trilobita zaman Silur merupakan keturunan yang berasal
dari sejenis hewan krustasea (bangsa udang), yang tentunya telah hidup jauh
sebelum Zaman Silur, dan mungkin jauh berbeda dari hewan mana pun yang telah
dikenal … Karena itu, jika teori saya
benar, tak pelak lagi bahwa jauh sebelum lapisan Silur paling bawah
terbentuk, waktu yang amat panjang telah berlalu, mungkin sama atau jauh lebih
panjang daripada selang waktu antara zaman Silur dengan masa kini; dan selama
rentang masa yang sungguh panjang ini, namun belum banyak dikenal, dunia ini
dipenuhi makhluk hidup. Saya tak mampu memberi jawaban yang memuaskan atas
pertanyaan mengapa kita tidak menemukan bekas-bekas dari zaman purba yang
sungguh panjang ini.59
Darwin berkata, “Jika teori saya
benar, tak pelak lagi bahwa dunia ini dipenuhi makhluk hidup sebelum Zaman
Silur.” Untuk menjawab pertanyaan, mengapa tidak terdapat fosil makhluk-makhluk
itu, ia mencoba menjawab di sepanjang bukunya, dengan menggunakan alasan
“catatan fosil yang sangat terbatas”. Tapi kini, catatan fosil sudah lengkap,
dan menunjukkan bahwa makhluk Zaman Kambrium tak memiliki nenek moyang.
Artinya, kita harus menolak kalimat Darwin yang diawali dengan “… jika teori
saya benar”. Hipotesa Darwin tidak absah; karena itu, teorinya salah.
Makhluk hidup tidak berkembang
dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat pertama kali muncul,
makhluk hidup sudah teramat kompleks. Contoh lain dari hal ini adalah ikan hiu,
yang menurut catatan fosil sudah ada sejak sekitar 4000 juta tahun yang lalu.
Hewan ini memiliki berbagai ciri istimewa yang tidak dimiliki hewan lain yang
tercipta jutaan tahun setelahnya, misalnya pertumbuhan gigi (regenerasi)
setelah gigi yang lama tanggal. Contoh lainnya adalah kemiripan yang
mengejutkan antara mata mamalia dan gurita yang telah hidup di Bumi
berjuta-juta tahun sebelum mamalia.
Contoh-contoh tersebut
memperjelas bahwa spesies makhluk hidup tidak dapat disusun berurutan secara
baik dari bentuk primitif ke bentuk kompleks.
Fakta itu juga ditampilkan oleh
hasil penelitian terhadap segi bentuk, fungsi, dan genetika makhluk hidup.
Misalnya, bila kita cermati catatan fosil pada tingkat terendah, dilihat dari
segi bentuk dan ukuran, tampak bahwa banyak makhluk (misalnya dinosaurus) yang
berukuran jauh lebih besar daripada yang muncul kemudian.
Demikian juga bila kita cermati
dari segi fungsional makhluk hidup. Pada perkembangan struktur, telinga adalah
contoh yang meruntuhkan pendapat “makhluk hidup berkembang dari bentuk primitif
menuju kompleks”. Hewan amfibi memiliki rongga telinga-tengah. Akan tetapi
reptil, yang muncul sesudah amfibi, mempunyai sistem yang jauh lebih sederhana.
Pada reptil, sistem ini berdasarkan satu tulang kecil saja, tanpa ruang
telinga-tengah.
Kajian genetika menunjukkan hasil
serupa. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah kromosom tak ada
kaitannya dengan kompleksitas tubuh hewan. Misalnya, manusia memiliki 46 buah
kromosom, kopepoda memiliki 6 buah, dan radiolaria (hewan yang berukuran
mikroskopis) memiliki tepat 800 buah.
Makhluk
hidup diciptakan pada saat yang
paling
“sesuai” baginya
Penelitian catatan fosil
sesungguhnya menunjukkan, makhluk hidup muncul di masa yang paling cocok
baginya. Tuhan telah menciptakan makhluk hidup secara luar biasa. Makhluk hidup
diciptakan tepat sesuai dengan keadaan yang akan dihadapinya saat muncul di
Bumi.
Mari kita lihat contoh berikut
ini: Bumi di kala fosil bakteri tertua muncul, yakni sekitar 3,5 miliar tahun
yang silam. Kondisi suhu dan atmosfer waktu itu sama sekali tidak cocok untuk
mendukung kehidupan makhluk berstruktur kompleks ataupun manusia. Demikian juga
zaman Kambrium, yang menurut Kence, apabila ditemukan fosil manusia pada masa
itu, teori evolusi akan runtuh. Periode ini, sekitar 530 juta tahun silam,
benar-benar tak cocok bagi manusia. (Saat itu tak ada hewan di darat).
Keadaan serupa juga tampak pada
hampir seluruh zaman sesudahnya. Penelitian catatan fosil menunjukkan bahwa
kondisi yang dapat mendukung kehidupan manusia baru tercapai beberapa juta
tahun yang silam. Hal yang sama ini berlaku pula pada seluruh makhluk hidup
lainnya. Setiap kelompok makhluk hidup muncul apabila kondisi yang mendukung
bagi kehidupannya telah tercapai, dengan kata lain, “bila waktunya sudah
tepat”.
Kaum evolusionis menentang fakta
ini sekuat tenaga. Mereka mengatakan bahwa kondisi pendukung itu sendirilah
yang telah memunculkan makhluk hidup. Padahal, terciptanya “kondisi pendukung”
hanyalah tanda bahwa “saat yang tepat telah tiba”. Makhluk hidup hanya dapat
muncul melalui sebuah campur tangan yang memiliki kesadaran – dengan kata lain,
melalui penciptaan oleh kekuatan hebat di luar alam.
Karena itu, munculnya makhluk
hidup secara bertahap bukanlah bukti evolusi, melainkan bukti kebijaksanaan dan
pengetahuan Tuhan yang tak terhingga, Yang menciptakan makhluk hidup. Setiap
kelompok makhluk hidup diciptakan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai bagi
kemunculan kelompok makhluk hidup berikutnya. Dan bagi kita, keseimbangan
ekologis dengan seluruh makhluk hidup disiapkan terlebih dahulu dalam rentang
waktu yang cukup panjang.
Di lain pihak, kita harus ingat
bahwa periode panjang itu hanya dirasakan “panjang” oleh kita. Bagi Tuhan, itu
hanyalah “sesaat” saja. Konsep waktu hanya berlaku bagi makhluk, bukan
Pencipta. Tuhan, Pencipta waktu itu sendiri, tidaklah terikat oleh waktu.
(Lihat lebih jauh dalam buku Harun Yahya: Timelessness
and the Reality of Fate)
Jika kaum evolusionis hendak
menunjukkan bahwa satu spesies berubah menjadi spesies lain, tak ada gunanya
berkata bahwa makhluk hidup muncul di Bumi selangkah demi selangkah. Bukti yang
harus mereka kemukakan adalah fosil makhluk peralihan yang menghubungkan
antarspesies makhluk hidup yang berbeda ini. Teori yang menyatakan bahwa
invertebrata berubah menjadi ikan, ikan menjadi reptil, reptil menjadi burung
dan mamalia, harus didukung fosil sebagai buktinya. Darwin sadar akan hal itu
dan menuliskan bahwa fosil semacam ini harus ditemukan dalam jumlah tak
terhitung banyaknya, walaupun sejauh ini tidak pernah ditemukan satu pun.
Selama 150 tahun setelah teori Darwin diajukan, fosil makhluk peralihan belum
pernah ditemukan. Seperti yang diakui oleh Derek W. Ager, seorang evolusionis
ahli paleontologi, catatan fosil menunjukkan “bukan evolusi bertahap, melainkan sebuah ledakan tiba-tiba sekelompok
makhluk hidup di atas kepunahan kelompok yang lain.”60
Sebagai kesimpulan, sejarah
kehidupan menunjukkan bahwa makhluk hidup muncul bukan sebagai hasil peristiwa
kebetulan, melainkan diciptakan tahap demi tahap, dalam periode yang amat
panjang. Ini amat sesuai dengan keterangan tentang penciptaan dalam Al Qur’an,
yang di dalamnya Tuhan berfirman bahwa Dia menciptakan alam semesta dan semua
makhluk hidup dalam “enam hari”:
Allah-lah
yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain
daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at.
Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. As Sajdah, 32:4)
Kata “hari” dalam ayat itu, atau yawm dalam bahasa Arab, juga berarti
selang waktu yang panjang. Dengan kata lain, Al Qur’an menyebutkan bahwa
kehidupan diciptakan dalam beberapa masa yang berbeda, tidak sekaligus.
Penemuan di bidang geologi di zaman modern memberikan gambaran yang menegaskan hal
ini.
Langganan:
Postingan (Atom)