Rabu, 05 Desember 2012

ma'rifatul insan


MA’RIFATUL INSAN

MENGENAL DIRI


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKgqj12ERqC25oGET2Ps_ZDuGbetl_Prq1NYIOg3hxBYsgGgmWMSiGlsqXbauV70hbWUHxuYRuHX5Czmdzpt13xiuwHQ-59o4M7Ot20Um3Y83RLs8szy6e6XDOirwgUMw5w-X0Nm0ZfGM/s320/images+%2848%29.jpg
 A. PRINSIP PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman :
Al-Insaan:001  
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Maryam:067  
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?
Kedua ayat di atas dimulai dengan kalimat istifham yang menuntut perhatian supaya manusia memikirkan diri dan proses kejadiannya, sehingga dengan itu, ia akan berlaku dengan benar dalam kehidupan di dunia ini sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia bukanlah apa-apa, tidak ada, tidak berwujud dan tidak berbentuk. Kemudian atas kehendak-Nya, ia diciptakan.
Ihwal penciptaan manusia ini, menunjukkan ke Maha Kuasaan Allah. Hal ini harusnya menjadi renungan manusia, betapa tanpa kekuasaan_nya, dirinya bukanlah apa-apa.

B. PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
Dalam penciptaan manusia, terdapat dua proses, yaitu Proses Azali dan Proses Alami.
1.  Proses Azali
Adalah proses dimana peran ke Maha Kun Fayakunan Allah terjadi, tidak ada sedikitpun campur tangan manusia. Seperti dalam penciptaan Adam yang diciptakan dari tanah liat yang dibentuk. Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dan Isa Al Masih yang diciptakan tanpa seorang ayah. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut :
Al-Hijr:026
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
An-Nisaa`:001
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Ali-`Imraan:059
Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
2.  Proses Alami
Adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa terkecuali Isa as. yaitu harus adanya percampuran antara laki-laki dan perempuan, bertemunya sel sperma dan indung telur di dalam rahim perempuan. Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk dengan melalui beberapa tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Kemudian setelah sempurnya kejadiannya, ia dilahirkan ke atas dunia sebagai seorang bayi, lalu Allah tumbuhkan ia menjadi dewasa dan menjadi tua, kemudian Allah wafatkan. Sebagaimana firman Allah :
Al-Mu`minuun:012
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Al-Mu`minuun:013
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Al-Mu`minuun:014
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Al-Mu`minuun:015
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Al-Mu`minuun:016
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

C. BAHAN DASAR (BENTUK DAN ISI) PENCIPTAAN MANUSIA
1.   Bentuk Dasar
Bahan dasar manusia adalah tanah yang tidak berharga, sebagaimana diterangkan dalam ayat dibawah ini :
As-Sajdah:007
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
As-Sajdah:008
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Seorang manusia yang gagah perkasa, tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar tanah liat/tanah tembikar yang merupakan bahan terendah yang kurang berharga. Bila manusia suka memperhatikan asal kejadiannya ini, maka ia tidak akan suka menyombongkan diri menentang dan mendurhakai Allah penciptanya. Akan tetapi ia akan tunduk merendahkan dirinya kepada Allah, karena hanya atas karunia-Nyalah ia menjadi ada.
2. Isi Dasar
Dari bahan dasar yang sangat rendah tersebut di atas, kemudian Allah mengisinya dengan sesuatu yang sangat tinggi nilainya yaitu ruh-Nya. Sebagaimana firman-Nya :
As-Sajdah:009
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dengan demikian manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena manusia diberi ruh-Nya.
Dari dua asal yang sangat berbeda ini menunjukkan adanya dua hal yang berbeda. Jasad manusia yang diciptakan dari bahan dasar tanah maka ia memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada tanah, yaitu :
Ali-`Imraan:014
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Sedangkan ruh (jiwa) yang berasal dari Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan kebutuhan kepada petunjuk Allah yaitu Ad-Diin, jalan menuju Taqwa :
Ali-`Imraan:015
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

D. POTENSI DASAR MANUSIA
Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) dan potensi eksternal (yaitu potensi disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia untuk melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia harus diolah dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna.
1.  Potensi Internal
Ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri dari:
a.   Potensi Fitriyah.
Manusia diberikan oleh Allah potensi fitriyah. Makna fitrah ialah al-Islam. Sebagaimana yang kita pahami dalam ayat dan hadits di bawah ini :
Ar-Ruum:030
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Berkenaan ayat ini Rasulullah SAW bersabda :
Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran (dinnullah). Kalau ia gunakan potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan di atas jalan yang lurus. Karena Allah telah membimbingnya semenjak dalam alam ruh (dalam kandungan).
Al-A`raaf:172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
b.   Potensi Ruhiyah
Ialah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan memilih jalan yang hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan. Allah berfirman :
Asy-Syams:007
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
Asy-Syams:008
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Di dalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan). Dari kemampuan ini, Nabi pernah bersabda :
Hadits ini menunjukkan bahwa potensi inilah yang menentukan arah kehidupan manusia.
c.   Potensi Aqliyah
Potensi Aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam’a, basar, fu’ad). Dengan potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah tentang “kekuasaan” Allah. Serta dengan potensi ini ia dapat mempelajari dan memahami dengan benar seluruh hal yang dapat bermanfaat baginya yang tentu harus diterima dan hal yang mudharat baginya dan tentu harus dhindarkan. Allah berfirman :
An-Nahl:078
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Potensi inilah yang akan dimintai pertanggunganjawabnya oleh Allah. Dalam hal ini Allah berfirman :
Al-Israa`:036
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Manusia yang tidak mempergunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan kelebihan dan keutamaan yang Allah berikan. Sehingga ia tidak pantas mendapat fadhal disisi Allah, tetapi ia sama dengan makhluk yang terendah yaitu binatang ternak, bahkan lebih hina lagi. Allah berfirman :
Al-A`raaf:179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
d.   Potensi Jasmaniyah
Ialah kemampuan tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa, kekuatan dan kemampuan. Sebagaimana firman Allah :
At-Tiin:004
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
At-Taghaabun:003
Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).
Potensi jasmaniyah ini adalah merupakan basthoh fil khalqi (fil jism). Sebagai modal utama untuk melakanakan tugasnya.
2. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusia, Allah juga sertakan potensi eksternal sebagai pengarah dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Tanpa arahan potensi eksternal ini, maka potensi internal tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.
a.   Potensi Huda
Ialah petunjuk Allah yang mempertegas nilai kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus. Allah SWT berfirman :
Al-Insaan:003
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
Al-Baqarah:038
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
b.   Potensi Alam
Alam semesta adalah merupakan potensi eksternal kedua untuk membimbing umat manusia melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran. Allah berfirman :
Ali-`Imraan:190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Ali-`Imraan:191
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Al-Baqarah:021
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
Al-Baqarah:022
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

D. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA 
Allah SWT telah menegaskan bahwa, Ia menciptakan manusia tidaklah dengan main-main tetapi dengan tujuan yang hak. Dengan diberi tugas dan kewajiban yang akan dimintai pertanggung jawaban.
Sebagaimana Firman Allah di bawah ini:
Al-Mu`minuun:115  
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Tujuan penciptaan manusia adalah mengabdi kepada-Nya, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Allah berfirman:
Adz-Dzaariyaat:056
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

E. FUNGSI DAN TUGAS MANUSIA DI BUMI
1.  Fungsi Manusia
Fungsi manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman-Nya:
Al-Baqarah:030
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Arti khalifah fil ardhi adalah mandataris Allah untuk melaksanakan hukum-hukum dan merealisasikan kehendak-kehendak-Nya di muka bumi. Manusia telah dipilih Allah sebagai khalifah-Nya. Untuk melaksanakan fungsinya itu, Allah mengajarkan manusia ilmu (Asmaun kullaha)..
2.  Tugas Manusia 
Tugas manusia adalah memelihara amanah yang Allah pikulkan kepadanya, setelah langit, bumi dan gunung enggan memikulnya.
Al-Ahzab:072
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
Amanat Allah itu adalah berupa tanggung jawab memakmurkan bumi  dengan melaksanakan hukum-Nya dalam kehidupan manusia di bumi ini. Sebagaimana yang Allah tegaskan kepada nabi Daud as.
Shaad:026
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Untuk menunaikan tangggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini manusia harus mengerahkan segala potensi (baik internal dan ekternal) yang ada pada dirinya, dan harus sanggup berkorban dengan jiwa dan hartanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan berkurban, maka tugas dan peran manusia untuk mewujudkan kekhalifahan dan menegakkan hukum-Nya pasti akan dapat terwujud.
Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas enggan merealisasikan tugas dan perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan dzalim.
Sebagaimana yang disinyalir oleh Allah SWT: “Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”. (33:72).

F. Sifat Dasar Manusia Dan Cara Mengatasinya
Manusia diciptakan disertai sifat-sifat dasar yang negatif, yang apabila tidak diarahkan ke arah yang positif, maka akan menjatuhkan dirinya ke dalam kerugian.
“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran (haq) dan kesabaran”, al-’Ashr:1-3.
Hal ini, merupakan masalah yang sangat serius, karena bila manusia tetap pada tabiat dasar itu, maka ia berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu, manusia harus berjuang untuk mengatasinya. Secara umum cara mengatasinya adalah dengan beriman kepada Allah dan melaksanakan amal shaleh, serta saling menasihati untuk tetap dalam haq dan kesabaran. Untuk itu marilah kita mengenali sifat-sifat dasar itu dan cara mengatasinya.
1. Keluh Kesah dan Kikir.
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat halu’ yaitu keluh kesah. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”, al-Ma’arij: 19-21.
Keluh kesah dan kikir timbul karena tidak adanya rasa syukur atas karunia yang Allah berikan dan tidak sabar atas cobaan-Nya, sehingga ia senantiasa merasa kurang dan tidak cukup dalam segala hal dan tidak sabar atas musibah-musibah yang menimpanya. Apabila sifat ini dituruti, maka manusia akan terombang-ambing dalam keragu-raguan, dan sikap syu’udzan kepada Allah, sehingga mengingkari nikmat yang telah Allah berikan. Untuk itu, sifat ini harus diluruskan, dan diarahkan kepada arah yang benar, yaitu dengan mengerjakan shalat dan amalan-amalan shaleh lainnya.
Sedangkan untuk mengatasi sifat kikir yaitu dengan menginfakkan harta kepada fakir miskin.
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat, dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa, dan orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang yang takut terhadap hari pembalasan, Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman dari kedatanganya, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela, barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melewati batas, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara syahadatnya, dan orang yang memelihara shalatnya, Mereka itu kekal di dalam surga lagi dimuliakan”, al-Ma’arij: 22-35.
2. Lemah
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia diciptakan dengan sifat lemah”, al-Nisa’:28.
Dengan tabiat kelemahan manusia itu, Allah memberikan keringanan dan kemudahan baginya. Untuk mengatasi kelemahannya itu manusia harus menerima kemudahan dan keringan yang Allah berikan. Bagi manusia memadai apa yang telah ia usahakan sesuai dengan keadaannya.
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan”, al-Najm:39.
3. Susah Payah
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat berat, yaitu adanya berbagai halangan dan rintangan yang harus dihadapinya.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah”, al-Balad:4.
Cara mengatasinya adalah dengan mengadakan perjuangan untuk membebaskan perbudakan manusia atas manusia. Apabila manusia enggan mengadakan perjuangan, maka ia akan senantiasa di dalam kesusahpayahan itu. Oleh karena itu, ia harus bangkit mempergunakan potensi yang ada dan menyusun kekuatan bersama-sama untuk perjuangan pembebasan tersebut.
“Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari perbudakan, dan memberi makanan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat dan orang miskin yang teramat miskin dan dia termasuk orang yang beriman dan saling berpesan bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka itu adalah golongan kanan”, al-Balad:10-18.
4. Tergesa-gesa
“Dan adalah menusia bersifat tergesa-gesa”, al-Isro:11.
Tergesa-gesa ialah ingin mendapatkan/mencapai sesuatu dengan segera tanpa memelalui proses yang seharusnya. Karena ketergesa-gesaannya itu, maka manusia sering terjerembab ke jalan yang salah, sehingga hanya menghasilkan kekecewaan. Karena tergesa-gesa adalah merupakan sifat negatif, maka ia harus ditundukkan dan diarahkan ke jalan yang benar.
Cara mengatasinya adalah dengan bersabar, sebagaimana diperintahkan Allah dalam firman-Nya.
“Bersabarlah kamu seperti sabarnya ulu al-’azmi min al-rasul dan janganlah kamu minta disegerakan siksa kepada mereka”, al-Ahqaf:35.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar